Minggu, 12 November 2017

Seperti apa Kamu

Mungkin aku tak pantas untuk mengatakan itu pada dirimu, mungkin kata-kata ku waktu itu telah merubah dirimu, entah tingkah, sikap, kepribadian atau pun cara pandangmu saat ini. Semua berubah drastis +100% terhadap diriku.

Sekarang dirimu sudah menjadi seperti apa yang kau inginkan, kau hancurkan apa yang sudah aku pertahankan dengan rasa malu yang sudah ku buang, ku memohon dan membelas kasihan padamu tetapi dirimu tetap seperti itu, angkuh, egois, keras kepala dan apatis.

Dirimu sekrang ini sudah seperti di hipnotis seseorang atau iblis manakah dia. Kau selalu membenci diriku sebagaimana diriku engkau anggap sampah, tetapi seseorang yang tidak mengakui perasaannya dia lebih busuk dari sampah (Masashi Kishimoto, 2016).

Dan sekarang terungkap sudah, Seperti apa kamu!!!
@tanjungbayang,makassar.25-05-16

Dan mungkin foto di atas sudah tak pantas lagi saya unggah, tapi untuk terakhir kalinya biarkan dunia tahu siapa pemilik sebenarnya foto itu. 

Rabu, 09 September 2015

BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS COKLAT DENGAN METODE LONG LINE

BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS COKLAT DENGAN METODE LONG LINE


 
 LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG



AHMAD SUKARJI
L221 11 262
BUDIDAYA PERAIRAN




JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2015

I.      PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Rumput laut merupakan komoditas ekspor yang saat ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir karena pelaksanaan budidayanya mudah dan tidak memerlukan modal investasi yang tinggi. Selain itu, rumput laut juga memiliki nilai ekonomis penting karena merupakan sumber utama penghasil karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya seperti industri kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengalengan ikan. Saat ini permintaan pasar akan rumput laut semakin meningkat. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar, diperlukan kesinambungan produksi rumput laut hasil budidaya dari pengembangan usaha budidaya yang berkelanjutan (Utojo, dkk., 2007).
Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut K. Alvarezii. Potensi budidaya rumput K. alvarezii yang tersedia disepanjang pantai dengan luas areal budidaya ± 6.600 Ha dengan produksi mencapai 623.720 ton pada tahun 2014. (Pemkab. Takalar Dinas Kelautan dan perikanan).
Salah satu Desa di Kabupaten Takalar yang memiliki lahan budidaya rumput laut adalah Desa Punaga yang berjarak 70 km dari kota Makassar. Desa punaga mampu memproduksi rumput laut sekitar 126.172 ton. Kegiatan budidaya rumput laut di Desa Punaga sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 sampai sekarang.  Penanaman yang dilakukan tergantung pada musim dan jenis rumput laut yang akan di budidayakan.
Metode budidaya yang diterapkan pada lokasi praktek kerja lapang adalah metode longline/tali panjang.  Dimana metode ini merupakan satu-satunya metode yang lebih mudah dirasakan oleh masyarakat punaga. Metode tali panjang merupakan suatu metode pemeliharaan  rumput laut yang dilakukan pada permukaan air dengan menggunakan tali sebagai wadah.
Praktek kerja lapang merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama di perkuliahan dengan praktek yang ditemui baik dalam dunia usaha swasta maupun pemerintah. Praktek kerja lapang juga dapat menambah kemampuan untuk mengamati, serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dan mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.

B.   Tujuan dan manfaat
Tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja serta gambaran secara langsung mengenai budidaya rumput laut dan membandingkan bibt hasil pengkayaan nutrient dan bibit dari alam
Manfaat dari praktik kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di lapangan serta memahami permasalahan yang timbul berkaitan dengan budidaya rumput laut sehingga nantinya di harapkan dapat melakukan budidaya dengan baik.


II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA  LAPANG
A.   Sejarah
Kabupaten Takalar merupakan pusat inkubator rumput laut. Salah satu kecamatan yang menjadi sentra pengembangan rumput laut di Takalar adalah Kecamatan Mangarabombang. Wilayah ini memiliki luas 100,50 km2 dengan panjang garis pantai 74 km2 yang terbagi kedalam   desa/kelurahan diantaranya Desa Punaga dengan luas wilayah 15.74 km2. Dengan kondisi wilayahnya yang terletak <50 m dari permukaan laut, desa ini menjadi salah satu sentra pengembangan rumput laut yang cukup maju di Kabupaten Takalar. (Pemkab. Takalar Dinas kelautan dan perikanan).
Sebagian besar masyarakat di Desa Punaga bermata pencaharian sebagai petani rumput laut. Oleh karena itu wilayah pantai di desa ini dimanfaatkan sebagai tempat budidaya rumput laut. Kegiatan budidaya rumput laut sendiri di desa ini sudah berlangsung sejak tahun 2002 dan terus berkembang sampai dengan saat ini. Sejak awal pengambangannya, rumput laut terbukti memiliki sangat banyak kontribusi kepada masyarakat di Desa Punaga pada khususnya diantaranya pengentasan kemiskinan serta penyerapan tenaga kerja .
Desa Punaga memiliki 4 dusun salah satunya adalah Dusun Malelaya. Dusun tersebut membudidayakan rumput laut jenis K. alvarezii dan Glacilaria sp. secara berganti berdasarkan musim. Pada musim kemarau petani membudidayakan jenis Glacilaria sp. dan pada musim hujan membudidayakan jenis K. alvarezii. Dilihat dari harga jualnya jenis K. alvarezii lebih mahal dibandingkan Glacilaria sp. Harga jual rumput laut yang kering jenis kappaphycus alvarezii berkisar Rp.(6000,00 – 10.000,00)/kg, yang basah Rp 2000,00/kg) sedangkan Glacilaria sp. hanya dijual kering dengan harga Rp 3000,00/kg. Umumnya metode budidaya rumput laut yang digunakan adalah rakit apung, lepas dasar dan tali panjang. Khusus di desa ini seluruh petani rumput laut menggunakan tali panjang.

B.   Mitra kerja
Mitra kerja saya bernama Syamsuddin Dg Nyau sebagai pemilik lahan budidaya di tempat PKL. Alasan dipilihnya syamsuddin dg nyau sebagai mitra kerja karena syamsuddin dg nyau salah satu petani rumput laut yang mempunyai lahan budidaya rumput laut yang luas. Kegiatan rumput laut yang dilakukan oleh Syamsuddin dg nyau dibantu oleh 6 orang dilakukan secara bergotong royong bersama keluarga yang berprofesi sebagai petani rumput laut, keahlian dan keterampilan yang dimiliki di pelajari sendiri.
C.   Struktur organisasi


III.     METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
A.   Waktu dan tempat
Praktek kerja lapang dilaksanakan selama 3 bulan, di mulai pada tanggal 2 Febuari sampai 2 Mei 2015 di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar.
B.   Metode pelaksanaan
1.    Observasi: Teknik pengambilan data dengan melihat langsung kondisi tempat Praktik Kerja Lapang.
2.    Wawancara: Teknik pengambilan data dengan wawancara langsung dengan ketua pengelola dan pemimpin instansi.
3.    Sumber Data: Membandingkan data hasil yang didapat dari lapangan dengan data dari pustaka.

C.   Tahap kegiatan
Tahapan Praktik Kerja Lapang pada di Dusun Malelaya, Desa Punaga sebagai  berikut:
1.    Lokasi budidaya rumput laut
2.    Metode budidaya
3.    Pembibitan  rumput laut dengan pengkayaan nutrisi
4.    Penanaman rumput laut
5.    Pemeliharaan rumput laut
6.    Penanaman rumput laut
7.    Pengeringan rumput laut
8.    Hasil budidaya
IV.     HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Lokasi budidaya
Hasil pelaksanaan kegiatan PKL yang dilakukan di Dusun Malelaya, berdasarkan hasil pengamatan, lokasi PKL memiliki dasar perairan terdiri dari pecahan-pecahan karang dan pasir, terumbu karang atau pecahan-pecahan karang mempunyai daya tahan yang besar terhadap arus, sehingga lokasi ini dianggap layak untuk dijadikan sebagai lahan budidaya rumput laut laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Tahir dkk (1997) yang menyatakan bahwa kondisi air yang baik bagi pertumbuhan K. alvarezii adalah memiliki dasar-dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan-potongan karang mati dan bercampur dengan pasir karang. Selanjutnya ditambahkan oleh  Aslan (1999) bahwa tipe substratum yang baik yang ideal untuk budidaya untuk budidaya rumput laut adalah daerah karang yang dasarnya terdiri dari pasir karang (coarse sand) yang bercampur dengan potongan-potongan karang dan bercampur dengan pasir karang dan biasanya berarus rendah sehingga memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik.
Gambar 1. Lokasi budidaya rumput laut
Kedalaman pada lokasi PKL mempunyai kedalaman perairan yang dangkal pada saat surut terendah 25-50 cm, pada kedalaman ini masih layak untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut .hal ini sesuai dengan pendapat Indriani dan Sumarsih (1997) yang menyatakan bahwa lokasi yang dipilih sebaiknya daerah yang pada waktu surut terendah digenangi air sedalam 30-60 cm sehingga penyerapan makanan berlangsung terus menerus dan tanaman terhindar dari kerusakan akibat sengatan matahari langsung. Selanjutnya Anonim (1987) menambahkan bahwa perairan dangkal dan jernih memungkinkan cahaya matahari dapat menembus air sebab sangat dibutuhkan rumput laut untuk fosintesis.
Kejernihan air pada lokasi PKL adalah 100% yang menandakan bahwa kejernihan air sangat maksimal karena mampu menembus sampai kedasar perairan, ini dianggap layak untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya.  Intensitas sinar matahari yang diterima secara sempurna oleh thallus merupakan factor utama dalam proses fotosintesis oleh karena itu dalam budidaya rumput laut dengan tingkat kejernihan yang tinggi sangatlah dibutuhkan sehingga cahaya dapat masuk kedalam air.  Hal ini sesuai dengan pendapat Tahir dkk (1997) yang menyatakan bahwa kondisi air yang jernih dengan tingkat transparansi 1,5 m cukup baik untuk persyaratan budidaya rumput laut.
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang perlu di perhatikan dalam keberhasilan budidaya rumput laut K. Alvarezii karena suhu yang optimal dapat mempercepat pertumbuhan rumput laut K. Alvarezii, tingginya rendahnya suhu perairan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen penyebab penyakit yang sangat umum terjadi pada budidaya rumput laut K. Alvarezii dikenal dengan penyakit ice-ice sebagaimana di kemukakan oleh Anggadireja dkk, (2006) bahwa penyakit yang terjadi pada rumput laut K. Alvarezii disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu perairan dan akibat perubahan faktor lingkungan yang ekstrim seperti perubahan nutrisi, salinitas pH dan tingkat kecerahan air.  Kisaran suhu pada lokasi PKL adalah berkisar 25-30°C dan ini masih dianggap cocok untuk budidaya rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Tahir dkk (1997) bahwa suhu air laut yang baik untuk budidaya K. Alvarezii adalah 27-30°C. Selanjutnya di kemukakan oleh Anggadireja dkk, (2006) suhu yang optimal disekitar tanaman yaitu berkisar antara 26-30 oC.
Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat berpengaruh dalam budidaya rumput laut K. Alvarezii, salinitas yang rendah dapat menyebabkan rumput laut menjadi layu dan mati karena tanaman rumput laut tidak dapat mentolerir salinitas kurang dari 15 ppt. Oleh karena itu lokasi budidaya sebaiknya jauh dari muara sungai karena dapat menurunkan salinitas secara drastis. Kisaran salinitas pada lokasi PKL adalah 25-33 ppt,  kisaran ini sesuai dengan persyaratan untuk lokasi budidaya rumput laut K. Alvarezii. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan, (1999) yang menyatakan bahwa salinitas antara 15-38 ppt dengan kondisi optimum pada 25 ppt sangat baik untuk pertumbuhan K. Alvarezii kemudian Tahir dkk, (1997) menambahkan bahwa salinitas untuk pertumbuhan K. Alvarezii sekitar 28-34 ppt dengan nilai optimum salinitas 33 ppt.
Selain parameter kualitas air, yang perlu diperhatikan adalah lokasi budidaya bukan merupakan tempat berkumpulnya predator rumput laut seperti ikan herbivora, penyu, bulu babi dan hewan air herbivora lainnya serta bukan merupakan areal lalulintas laut sebagaimana pendapat Anggadireja dkk, (2006) bahwa lokasi budidaya bukan merupakan tempat berkumpulnya hewan air herbivora dan juga bukan merupakan lalulintas perairan. Lokasi PKL bukan merupakan tempat berkumpulnya hewan air herbivora dan areal lalulintas perairan sehingga memenuhi syarat untuk lokasi budidaya rumput laut.

B. Metode budidaya
Metode yang digunakan pada lokasi PKL adalah metode tali panjang (longline). Dimana metode ini merupakan satu-satunya metode yang lebih mudah dirasakan oleh masyarakat punaga. Metode tali panjang merupakan suatu metode pemeliharaan  rumput laut yang dilakukan pada permukaan air dengan menggunakan tali sebagai wadah.
Pemasangan tali di areal budidaya mengikuti pergerakan naik turunnya permukaan air laut. Metode ini memiliki kelebihan karena relatif mudah dalam kontruksinya dan pencahayaan yang di serap jauh lebih besar untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu pembudidaya rumput laut umumnya menggunakan metode tali panjang (Longline).
Kontruksi budidaya rumput laut yang digunakan dilokasi PKL terdiri dari tali utama berbahan nylon berdiameter 10 mm dengan panjang 30 m. tali ini sebagai tempat  pengikatan tali ris. Tali ris berbahan nylon berdiameter 5 mm dengan panjang 20 m yang berfungsi sebagai tempat tempat mengikat bibit rumput laut. Kemudian bahan lain yang digunakan adalah botol air mineral yang berfungsi sebagai pelampung dan karung berisi pasir yang berfungsi sebagai jangkar agar tali utama tidak mudah bergeser atau kendor dan terbawa arus apabila terkena hempasan gelombang/ombak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggadireja, dkk (2006) secara garis besar peralatan yang digunakan untuk budidaya rumput laut adalah tali polietilene (tambang plastik), tali rapia, jangkar dan pelampung.

C. Pembibitan  rumput laut dengan pengkayaan nutrisi
Bibit yang digunakan pada lokasi PKL adalah bibit dari hasil pengkayaan nutrisi dan bibit dari  alam yang kemudian di budidayakan, untuk mendapatkan bibit dari hasil pengkayaan nutrisi pertama adalah memilih rumput laut yang bebas dari penyakit, segar, berwarna cerah dan memiliki cabang yang banyak, kemudian rumput laut dipotong-potong dengan berat awal 1 gram, 5 gram, 10 gram dan 20 gram setelah dipotong di rendam dalam air yang sudah di beri betadin tujuannya adalah untuk mensterilkan rumput laut, setelah itu di masukkan dalam wadah yang berisi air 4 liter dan diberi pupuk conwy 2ml/L. Kemudian  dipelihara selama 6 minggu setiap hari dilakukan pengontrolan thallus dan kualitas air. Tujuh hari pemeliharaan dilakukan penimbangan dan penggantian media air laut. Air laut yang akan di masukkan kedalam wadah penelitian harus dalam keadaan steril dengan bahan yang akan digunakan harus selalu dalam keadaan steril. Setelah 6 minggu pembibitan kemudian dibudidayakan. Namun pemilihan bibit yang baik untuk di budidayakan harus tetap diperhatikan seperti memperhatikan tekstur, cabang dan keseragaman tiap rumpung seperti yang di kemukakan oleh Anggadireja, dkk (2006) bibit yang ditnam harus yang berkualitas baik agar tanaman dapat tumbuh sehat oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan bibit yaitu bibit yang di gunakan merupakan thallus muda  yang bercabang banyak, rimbun dan berujung runcing, bibit tanaman harus sehat dan tidak terdapat bercak, luka atau terkelupas, bibit harus seragam dan tidak boleh bercampur dengan jenis lain, berat bibit awal diusahakan seragam sekitar 100 gr/rumpung.                    
D. Penanaman rumput laut
        Kegiatan penanaman dilokasi PKL relatif sama yaitu setelah bibit di siapkan sesuai dengan kriteria tersebut maka dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1.    Bibit rumput laut diikat satu persatu sesuai dengan letak tali paus dengan berat 15 gram bibit dari alam sedangkan bibit dari hasil pengkayaan nutrisi mempunyai berat 1 gram, 5 gram, 10 gram dan 10 gram yang melekat pada tali ris/bentang yaitu dengan jarak 20-25 cm dengan berat per rumpung 50-100 gram.
2.    Pasang tali utama dan tali kosong di area pemeliharaan dengan bentuk persegi panjang, kemudian ikatkan tali jangkar pada tiap-tiap ujung tali utama.
3.    Pasang pelampung cergen 20 liter di tiap sudut blok/kotak pemeliharaan.
4.    Tali jangkar di ikat pada karung yang telah di isi pasir sebagai jangkarnya.
5.    Tali jangkar yang sejajar dengan tali utama yang terletak di sudut tali utama di ikatkan masing-masing sebanyak 8 karung pasir, sedangkan jangkar yang terletak sejajar dengan tali kosong dan di tengah tali utama masing-masing 5 karung pasir.
6.    Setelah bibit di ikat, angkut kelokasi pemeliharaan dengan menggunakan perahu sampan.
7.    Bibit yang telah sampai ke lokasi pemeliharaan di ikat sesuai dengan kancing yang telah di pasang pada tali utama yaitu dengan jarak antar tali ris/bentang 1 meter kemudian di rentangkan.
8.    Setelah semua tali ris/bentang telah di ikat dengan menggunakan tali kancing pada tali utama kemudian tali jangkar yang masih tersisa di ikatkan pada bagian tengah tali utama masing-masing tiap 10 ris/bentang di beri jangkar agar tali ris tetap rentang/tidak kendor terbawa arus. Untuk menjaga keseimbangannya maka perlu di beri pelampung pada tiap jangkar tengah dengan menggunakan botol air mineral 1,5 liter.
9.    Ikatkan pelampung-pelampung botol air mineral 600 ml pada tiap ris/bentang masing-masing 4 buah per ris/bentang.
Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan dibawa kolom rumah.
Menurut Angkasa dan Sujatmiko (2009). Penanaman bibit dilakukan dengan cara :
1.    Ikat bibit dengan tali rafia dengan berat masing-masing 100 gram.
2.    Jarak tiap ikat bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm kemudian setelah semua tali ris terisi oleh bibit maka segera diangkut menuju lokasi budidaya dengan perahu.
3.    Rentangkan tali ris kemudian ikatkan pada tali utama dikedua ujungnya dengan jarak masing-masing tali ris sekitar 1 m.
4.    Pengikatan tali ris pada tali utama disesuaikan sehingga jarak tanaman dari permukaan air sekitar 30 sampai 50 cm.
5.    Setelah tali ris diikat semua maka ikatkan pelampung botol plastik bekas pada tali ris, masing-masing ris sebanyak 10 buah dengan jarak sekitar 3 m.



Gambar 2. Pengikatan dan penanaman rumput laut
E. Pemeliharaan rumput laut
Pengontrolan/pemeliharaan di lokasi PKL dilakukan 1 kali seminggu dengan menggunakan perahu sampan, petani rumput laut jarang melakukan pengecekan karena petani mengandalkan arus sebagai pembersih terhadap kotoran rumput laut sesuai dengan pernyataan Afrianto, E dan L Evi (1993) bahwa pengecekan harus tetap dilakukan baik saat musim ombak besar maupun pada saat ombak normal. Arus laut juga sangat membantu pertumbuhan rumput laut sesuai pendapat Hidayat (1980) bahwa arus dan pergerakan air diperlukan rumput laut untuk pertumbuhannya karena arus akan membawa zat-zat makanan sekaligus menghanyutkan kotoran-kotoran yang melekat pada thallusnya. Pengontrolan/pengecekan di lakukan secara rutin baik pada saat ombak besar maupun saat ombak tenang. Setiap pengontrolan, dilakukan pengecekan tali, rumpung rumput laut maupun pelampung. Karena pada saat ombak besar maka rumput laut dan pelampung biasanya banyak yang terlepas atau ikatannya kendor, sebaliknya apabila ombak tenang maka kotoran dan lumpur akan melekat pada rumput laut dan akan menghambat terjadinya proses fotosintesis. Selain itu, Penyulaman perlu di lakukan bila ada tanaman yang rusak sehingga jumlah tanaman pada setiap tali ris tidak berkurang.
Selama masa pemeliharaan, bibit rumput laut juga tak luput dari serangan hama dan penyakit. Hama rumput laut umumnya adalah organisme laut yang memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama. Banyaknya gangguan hama rumput laut yang ditanam secara vertikultur hingga kedalaman 3 m berhubungan dengan pola ruaya ikan-ikan pelagic dalam memcari makan. Selain itu, pada kedalaman tersebut menjadi tempat berlindung bagi sebagian besar ikan-ikan pelagic dan ikan karang. Kenyataan ini membawa konsekuen gangguan hama pemakan rumput laut pada kedalaman dibawah permukaan perairan (Rahman dan Sarita, 2011).
Gambar 3. Pembersihan rumput laut
F. Pemanenan rumput laut
Panen dilakukan apabila rumput laut memasuki umur yang ke 45 hari dengan cara mengangkat seluruh tanaman, menurut Fahmi Tri Wendrawan (2013) mengatakan bahwa rumput laut biasanya dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 45 hari dengan berat biasanya berkisar antara 500-600 kg/bentang. Penanaman kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda dan bagian pangkal tanaman yang merupakan bagian yang tua dikeringkan karena memiliki kandungan karaginan yang tinggi. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah dan praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 - 3 hari, tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk kemudian dijual. (Angkasa, dkk, 2009).
Langkah-langkah penanganan panen rumput laut dengan metode tali panjang/ longline di lokasi PKL adalah sebagai berikut :
1.    Bersihkan rumput laut dari kotoran/lumpur yang melekat.
2.    Lepaskan tali ris/bentang dari tali utama
3.    Letakkan tali ris/bentang tersebut ke dalam perahu
4.    Bawa rumput laut tersebut ke daratan, lepaskan rumpun rumput laut dari tali ris/bentang, timbang rumput laut untuk mengecek bobot akhir.
5.    Lepaskan pelampung dari tali ris/bentang kemudian rendam tali ris /bentang dengan menggunakan air tawar agar organisme yang masih melekat akan mati.
 

Gambar 4. Pemanenan rumput laut

G. Penjemuran rumput laut
Penjemuran rumput laut dilokasi PKL dilakukan saat cuaca cerah untuk mempermudah dalam proses penjemuran. Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 2-3 hari apabila cuaca cerah dan apabila cuaca mendung penjemuran .dilakukan lebih dari 3 hari.
Penjemuran rumput laut ini menggunakan para-para berupa bambu yang dilapisi waring untuk menghidari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan kotoran lainnya. Setelah kering bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung untuk kemudian siap dijual atau disimpan digudang. Proses penjemuran dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut seperti apabila rumput laut bersentuhan langsung pada tanah dan pasir.

Gambar 5. Penjemuran rumput laut
H. Hasil budidaya rumput laut
Perolehan hasil panen/berat akhir pada budidaya rumput laut di lokasi PKL adalah 10kg/bentang berat awal sebelum dibudidayakan dan menghasilkan 98 kg/bentang setelah dipanen, maka laju pertumbuhan harian rumput laut adalah :
PPH =  X 100%                     

PPH =    X 100%
         =  1,9 %

Maka laju pertumbuhan harian adalah 1,9%/hari, setelah mendapatkan hasil panen 98 kg/bentang basah maka didapatkan hasil keringnya sebanyak 9,5kg/bentang.

V.   RANGKUMAN DAN SARAN
A.   Rangkuman
·         Salah satu faktor untuk menunjang keberhasilan budidaya rumput laut terletak pada ketepatan dalam pemilihan lokasi.
·         Keberhasilan suatu budidaya dipengaruhi oleh pemilihan bibit yang berkualitas maka dari itu pemilihan bibit harus dilakukan secara cermat.Bibit rumput laut yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat, segar, bebas penyakit dan jenis rumput lainnya.
·         Pada saat pemeliharaan harus dikontrol setiap ombak besar maupun saat laut tenang karena pada saat ombak besar akan terjadi kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama sedangkan saat laut tenang kotoran atau lumut sering melekat pada rumput laut.
·         Untuk mendapatkan rumput lautyang memiliki kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka perlu diperhatikan umur dan cuaca.
·         Keuntungan yang diperoleh dari hasil panen rumput laut dilokasi PKL adalah 98 Kg/bentang rumput laut basah dan 9,5 Kg/bentang rumput laut kering dengan Rata-rata laju pertumbuhan harian rumput laut adalah : 1,9 %/ hari..

B.   Saran
Sebaiknya memperhatikan parameter kualitas air dilokasi budidaya rumput laut dan rutin melakukan pengecekan ke lokasi budidaya agar rumput laut yang di budidaya memperoleh kuantitas yang lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya,  T.W  dan  Ruslan.  2003.  Rekayasa Teknologi  Produksi  Rumput  Laut   (Kappaphycus  alvarezii). Laporan Tahunan Balai  Budidaya  Laut  Tahun        Anggaran 2003.95-97 p.
Afrianto, E dan L. Evi. 1993. Budidaya rumput laut kanisius yogyakarta.
Aji, N dan  Murdjani, M. 1986. Budidaya Rumput Laut.  INFIS  Manual  Seris  No.32.        Direktorat  Jenderal  Perikanan  dan International  Development  Research         Centre.
Anggadiredja Jana T, Istiani Sri, Zatnika Ahmad. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 27.
Angkasa Wisman Indra dan Sujatmiko Wisnu, 2009. Budidaya Rumput Laut. http//:kenshuseidesu.tripoid.com/id49.html. diakses 05-08-2015
Anonim. 1987. Budidaya rumput laut balai informasi dan pertanian. Departemen pertanian, ujung pandang. Hal 31
Alam, A. A. 2011. kualitas karaginan rumput laut jenis eucheuma spinosum di perairan desa punaga kabupaten takalar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Aslan . M. 1999. Budidaya rumput laut. Kanisius, yogyakarta. Hal 113
Dinas kelautan dan perikanan. 2015. Produksi rumput laut di Takalar.
Indriani, H dan E. Sumarsih. 1997.budidaya, pengolahan dan pemasaran rumput laut. Swadaya, jakarta. Hal 99
Rahman, A dan Sarita, A.H.  2011. Studi pertumbuhan varietas rumput laut yang dibudidayakan secara vertikultur laporan penelitian hibah kompetensi universitas haluoleo. Kendari. Hal 28-29
Runtuboy,  N.  2004.  Disseminasi  Budidaya Rumput  Laut  Cottoni  (Kappaphycus
            alvarezii).  Laporan  Tahunan  Balai Budidaya Laut Tahun Anggaran           2003.189-195 p.
Sulistiyo.  1988.  Hama,  Penyakit  dan  tanaman Penganggu  pada  Tanaman       Budidaya Rumput  Laut  Eucheuma.  Bahan  Kuliah pada  Latihan  Ahli          Budidaya  Laut.  Balai Budidaya Laut.
Tahir. G.A, D. Suryanto, M.S. kahar, A. Mansar.1997. budidaya rumput laut jenis eucheuma. Departemen pertanian instalasi penelitian dan pengkajian teknologi pertanian. Ujung pandang. Hal 20
Trono,  G.C.  1992.  Suatu  Tinjauan  tentang Teknologi   Produksi  Jenis  Rumput            Laut Tropis  yang  Bernilai  Ekonomis.  INFIS Manual  Series  Seri  No. 29,    1992  (Aji,  N., Mintardjo,  M.K  dan  Minjoyo,  H: Penerjemah). Direktorat          Jenderal  Perikanan  dan  International  Development  Research Center.     50p
Utojo, Mansyur, A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan Teluk Mallasora yang Layak Untuk Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2: 243-255.






My Blog List

Statistik Uchiha Arjhi'e