Kamis, 04 April 2013

OSMOREGULASI

LAPORAN PRAKTIKUM                                                                                              Acc+
FISIOLOGI BIOTA AIR


OSMOREGULASI










             OLEH
           NAMA             : AHMAD SUKARJI
          STAMBUK     : L221 11 262
          KELOMPOK  : V (LIMA)
         ASISTEN        : MUHAMMAD TAKWIER M, S.Pi
                        ZULFIANA








LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus dikaji dan dikembangkan terutama oleh dosen dan mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan teknologi perikanan ( Fujaya, 2004).
Fisiologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Fisiologi ikan mencakup penginderaan, komunikasi antara sel/organ, osmoregulasi peredaran darah, pernafasan, pencernaan, pertumbuhan dan reproduksi ( Fujaya, 2004).
            Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) (Wahyuningtyas, 2012).
Ikan hidup pada kondisi dimana lingkungannya memiliki tekanan osmotik yang berbeda dengan tekanan osmotik cairan tubuhnya oleh karena itu dalam upaya menyesuaikan diri dengan lingkungannya diperlukan suatu pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung  dengan normal. Pengaturan tekanan cairan osmotik pada tubuh ikan ini  disebut osmoregulasi. Penyesuaian  ikan terhadap pengaruh lingkungan itu merupakan suatu homeostasis, dalam hal ini ikan akan mempertahankan keadaan yang stabil melalui suatu proses aktif melawan perubahan yang dimaksud. Homeostasis merupakan kecenderungan organisme hidup untuk mengontrol dan mengatur fluktuasi lingkungan internalnya (Arfianto,2011).
Osmolaritas media merupakan penentu tingkat kerja osmotik yang dialami oleh ikan. Osmolaritas media makin besar dengan peningkatan salinitas, hal tersebut disebabkan peningkatan konsentrasi ion-ion terlarut. Sifat osmotik dari media bergantung pada seluruh ion yang terlarut di dalam media tersebut.  Dengan semakin besarnya jumlah ion terlarut di dalam media. tingkat kepekaan osmolaritas larutan akan semakin tinggi pula. Sehingga akan menyebabkan makin bertambah besarnya tekanan osmotik media. Demikian pula halnya dengan osmolaritas hemolimfe (cairan tubuh) yang meningkat secara linier dengan peningkatan salinitas media. Organisme akuatik euryhaline yang memiliki kemampuan untuk menjaga lingkungan internalnya dengan cara mengatur osmolaritas (kandungan garam dan air) pada cairan internalnya. Dengan demikian ikan nila akan bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya apabila berada pada media bersalinitas rendah dan hipoosmotik pada media bersalinitas tinggi (Arfianto,2011).
Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dari praktikun Osmorigulasi ini adalah untuk mengetahui tingkah laku dari beberapa jenis ikan jika dimasukkan kedalam lingkungan yang berbeda (air asin, payau dan tawar). Mengetahui proses fisiologi pada organisme dengan habitat atau salinitas yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum osmoregulasi adalah agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh salinitas terhadap proses osmoregulasi pada ikan. Mahasiswa harus mengetahui cara pengelolaan kualitas air (Tawar, Asin dan Payau) pada media pemeliharaan dan mengetahui tingkah laku ikan melalui osmoregulasi dan perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dengan lingkungannya.


METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum anastesi dan pembedahan ikan dilaksanakan pada hari Jum’at, 09 Maret 2013, Pukul 10:00–12:00 WITA, yang bertempat di Laboratorium FisiologiBiota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum anestesi dan pembedahan dapat disajikan dalam tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum beserta fungsinya:
No
Alat
Fungsi
1.
Toples  12          
Untuk tempat uji ikan
2.
Baskom
Untuk tempat wadah atau penyimpan air asin dan tawar
3.
Tabung pengukur
Untuk mengukur banyak air di gunakan
4.
Alat pengukur salinitas
Untuk mengukur setiap salinitas air tawar, payau dan laut
5.
Gelas
Untuk mengambil air dalam bak kemudian di masukan kedalam tabung pengukur
 6.
Stopwatch
Untuk menghitung waktu

Table.2. Bahan yang digunakan pada praktikum serta fungsinya
No
Bahan
Fungsi

1.
Ikan Nila, Mas Koki dan Giru 12 Ekor
Sampel atau Hewan uji

2.
Air Tawar
Untuk ikan Mas Koki ( Carassius auratus )

3.
Air Asin
Untuk ikan Badut/Giru (Amphiprio nocellaris )

4.
Air Payau
Untuk ikan Nila (Oreochromis niloticus )

5.
Kertas label
 Untuk memberi nama pada ikan

6.
Tissue 1000 set
Untuk membersihkan lendir pada ikan


Prosedur Kerja
Air Tawar (0 ppt)
Pertama-tama menyediakan 3 toples kaca dan memberikan label pada toples tersebut (0 ppt), kemuduan memasukkan air tawar ke dalam toples sebanyak 2000 ml/toples dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Setalah itu, pada masing-masing ketiga toples tersebut, masukkan ikan secara bersamaan, lalu amati dan catat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15 menit.
Air Payau (10 ppt)
Pertama-tama menyiapkan 3 buah toples kaca, lalu beri label (10 ppt). untuk membuat air payau dengan salinitas 10 ppt, digunakan rumus pengenceran M1 .V1 = M2 . Vdengan mencampurkan air laut dan air tawar . Setelah itu, masukkan air payau ke dalam toples. Pada masing-masing toples secara bersamaan masukkan ikan tersebut. Amati dan catat tingkah laku ikan selama 45 meni dengan interval 15 menit.
Air Laut (20 ppt)
Pertama-tama menyiapkan 3 buah toples dan memberikan label pada toples tersebut (20 ppt). Setelah itu, mencampurakan air laut dan air tawar dengan menggunakan rumus pengenceran M1 .V1 = M2 . V2.  Selanjutnya, memasukkan air payau ke dalam toples yang telah diberi label dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Pada masing-masing ketiga toples tersebut masukkan ikan secara bersamaan sambil menyalakan. Catat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15 menit.
Air Laut (30 ppt)
Pertama-tama menyediakan 3 buah toples yang telah diberi label (35 ppt).  setelah itu, memasukkan air laut ke dalam toples sebanyak 2000 ml dengan menggunakan gelas ukur  500 ml/toples, kemudian masukkan ikan secara bersamaan pada masing-masing ketiga toles tersebut. Terakhir, mengamati dan mencatat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15 menit.


Analisis data
Anilisis data  yang digunakan dalam pembuatan air payau pada pratikum ini dapat menggunkan rumus pengenceran sebagai berikut:
M1 .V1 = M2 . V2
       
Keterangan :
M1                =           konsentrasi cairan awal
M2                =           konsentrasi cairan setelah pengenceran.
V1                  =           Volume air ( awal )
V2           =           Volume air setelah pengenceran.


Lampiran
Untuk 10 ppt
Dik  :
       V1           =  2000 ml 
M1       = 30 ppt
M2        = 10 ppt
     Dit   :     
V2           = ......?
Peny    : 
M1 .V1      =  M2 . V2
35. 2000 = 10 . V2
70000     = 10 . V2
                 V2     = 70000/10
                 V2     = 7000 ml
          Untuk Air Tawar = V2 - V1
                                     = 7000 - 2000
                                     = 5000 ml   
Untuk 20 ppt
       Dik       :
       V1           =  2000 ml 
M1       = 30 ppt
M2        = 20 ppt
     Dit   :     
V2           = ......?
Peny    : 
M1 .V1      =  M2 . V2
35. 2000 = 20 . V2
70000     = 20 . V2
                 V2     = 70000/20
                 V2     = 3500 ml
          Untuk Air Tawar = V2 - V1
                                     = 3500 - 2000
                                     = 500 ml   


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil pengamatan dari pratikum Osmoregulasi dapat dilihat pada tabel 3, 4 dan 5.
1.   Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
           Berdasarkan hasil pengamatan dari pratikum Osmoregulasi pada ikan mas koki dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
   
Tabel 3. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada ikanMas Koki (Carrasius auratus)
No
Salinitas
Waktu
Tingkah laku
1.
0 ppt
Air tawar
15 menit pertama
Pergerakannya normal
Pergerakannya lincah
15 menit kedua
Pergerakannya normal
Bukan mulut mengatup-ngatup
Sering kali naik ke permukaan
15 menit ketiga
Bergerak  normal
2.
10 ppt
Air payau
15 menit pertama
Pergerakannya sedikit lebih cepat
15 Menit kedua
Pergerakannya mulai aktif dan lebih dominan dipermukaan
Mengeluarkan feses
15 menit ketiga
Pergerakannya sudah lambat dan berlendir
3.
20 ppt
Air payau
15 menit pertama
Agresif, pembukaan mulut besar dan mengeluarkan feses.
15 menit kedua
Pergerakan ikan lambat, operculum lambat, mengeluarkan feses dan lendir.
15 menit ketiga
Pergerakan ikan lambat sekali, operculum sangat lambat, mengeluarkan feses dan lendir  banyak, serta stress dan akhirnya mati
4.
30 ppt
Air laut
15 menit pertama
Ikan bergerak lambat, dan stress kebutuhan oksigen tinggi, mengeluarkan feses ada.
1 ikan yang mati dan 2 ikan yang stress
15 menit kedua
Pergerakan ikan lambat, operculum lambat, mengeluarkan feses dan lendir cukup banyak.
Semua ikan sudah mati dan mengapung
15 menit ketiga
Semua ikan sudah mati

1.1  Ikan Mas Koki (Carrasis  auratus)
Ø  Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan Osmoregulasi dengan sampel ikan mas yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan dalam keadaan normal dan sesekali ikan tersebut bergerak dengan lincah. Pada 15 menit kedua ikan mas koki masih bergerak dengan normal, bukaan mulutnya mengatu-ngatup dan sering kali naik ke permukaan untuk mencari oksigen dari udara. Sedangakan pada 15 menit ketiga, pergerakan ikan masih dalam keadaan normal dan sama sekali tidak menunjukkan penurunan aktivitas. Hal ini menandakan bahwa proses osmoregulasi pada ikan tersebut berjalan normal.  proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal.
Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan invertebrata laut adalah osmoconformer, dimana cairan tubuh mereka isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipun konsentrasi relatif dari garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah dibandingkan air laut, dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Gusri, 2012).
Ø  Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertamaIkan Mas Koki (Carrasius auratus) yang dimasukkan ke dalam media dengan salinitas 10 ppt pada awalnya pergerakannya lebih cepat, hal ini diakibatkan karena ikan tersebut mulai menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut mulai aktif dan lebih dominan berada pada permukaan, hal terjadi karena ikan mulai membutuhkan lebih banyak lagi oksigen, sehingga ikan tersebut lebih dominan di permukaan untuk mengambil oksigen secara langsung dari udara. Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan mulai menurun dan sedikit mengeluarkan lendir, karena aktivitas penyesuaian diri yang meningkat sehingga ikan tersebut mengeluarkan lendirnya. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ikan dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
Ø  Air Laut (20 ppt)
            Berdasarkan hasil pengamatan media dengan salinitas 20 ppt, ikan Mas Koki (Carrasius auratus) pada 15 menit pertama tingkah lakunya terlihat agresif, bukaan mulut besar. Hal ini disebabkan karena aktivitas adaptasinya yang meningkat sehingga kebutuhan oksigennya tinggi. Ikan ini juga terlihat mengeluarkan feses dan lendir. Pergerakan ikan ini terlihat lambat pada 15 menit kedua yang dimana operculumnya juga bergerak lambat serta masih mengeluarkan sedikit feses dan lendir. Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan semakin lambat, operculum juga bergerak dengan lambat, masih mengeluarkan feses dan lendir yang banyak dan akhirya terlihat stress dan mati. Hal ini disebabkan karena proses osmoregulasi semakin meningkat, sehingga ikan terlihat mulai kehilangan keseimbangan dan pada akhirnya mati. Proses osmoregulasi pada organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu usaha untuk menjaga konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler), agar tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik medium eksternalnya dan usaha untuk memelihara isoomotik cairan dalm sel (interseluler) terhadap cairan luar.
Ø  Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan mas koki (Carrasius auratus) denagan salinitas 35 ppt, pada 15 menit pertama Ikan bergerak lambat, ada yang terlihat mengeluarkan feses dan dan 2 ikan yang stress dalam memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi dan pada akhirnya ada 1 ikan yang mati akibat dari kurangnya kemampuan adaptasi dari ikan tersebut . Pada 15 menit kedua, kedua ikan tersebut mengalami pergerakan lambat disertai dengan pergerakan operculum yang lambat pula dan lebih banyak mengeluarkan lendir dan feses dan akhirnya kedua ikan tersebut sudah mati. Sedangkan pada menit ke 15 terakhir ikan tersebut sudah mati dan terlihat mengapung. Hal ini disebabkan karena Ikan-ikan potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin.
2.    Ikan Badut (Amphiprion clarkii)
Hasil yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan pada percobaan Osmoregulasi dapat dilihat pada tabel 4.
                     Tabel 4. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada ikan badut  (Amphiprion clarkii):
No.
Salinitas
Waktu
Tingkah laku
1.


0 ppt
Air tawar
15 menit pertama
Bergerak aktif dan gesit dengan warna yang cukup cerah dan operculumnya normal.
15 menit kedua
Bergerak Lambat, warna sudah mulai gelap dan naik turun dari permukaan ke dasar air secara bergerombol.
15 menit ketiga
Bergerak Lambat, warna sudah mulai gelap dan sangat sering naik turun dari permukaan dan mengeluarkan feses.
2.


10 ppt
Air payau
15 menit pertama
Bergerak aktif
15 Menit kedua
Bergerak Lambat, warna masih gelap dan banyak berada di permukaan air.
15 menit ketiga
Masih bergerak lambat, dan banyak mengeluarkan feses dan warna kulit masih tetap memudar
3.


20 ppt
Air laut
15 menit pertama
Tidak bergerak aktif, mengeluarkan lendir, feses dan sering berada di permukaan
15 menit kedua
Aktif bergerak dan berenang di atasPermukaan
15 menit ketiga
Masih bergerak aktif dan gesit dengan warna yang cukup cerah dan besifat soliter

4.




30 ppt
Air laut
15 menit pertama
Pergerakan lambat, warna sudah mulai gelap dan naik turun dari permukaan ke dasar air.
15 menit kedua
Pergerakan lambat, warna sudah mulai gelap dan masih naik turun dari permukaan ke dasar air
15 menit ketiga
Bergerak Lambat, warna sudah mulai gelap dan banyak berada di permukaan air.

2.1 Ikan Badut (Amphiproin clarkii)
Ø  Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 15 menit pertama, ikan badut (Amphiprion clarckii) yang dimasukkan pada salinitas 0 ppt mengalami pergerakan yang cukup aktif dan gesit dengan warna yang masih cukup cerah dan operculum yang aktif. Namun pergerakan ikan semakin lambat pada 15 menit kedua, dan mengalami berubahan warna kulit yang mulai gelap. Ikan ini juga terlihat bergerak naik turun dari permukaan ke dasar air secara bergerombol yang dimana telah diketahui bahwa ikan badut hidup secara bergerombol yang bersimbiosis dengan anemon. Pada 15 menit ketiga tidak terjadi perubahan sama sekali pada ikan tersebut, dimana ikan tersebut masih bergerak lambat dan sering bergerak naik turun dari permukaan ke dasar air serta warna yang masih gelap namun mengeluarkan spesies yang banyak. Hal ini disebabkan karena untuk mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dapat dilakukan dengan cara mengeksresikan zat buangan. Zat buangan merupakan racun yang dapat mengganggu kerja enzim yang sangat penting dalam reaksi metabolik.
Ø  Air Payau (10 ppt)
Ikan Badut (Amphiprion clarckii) yang dimasukkan ke dalam media dengan salinitas 10 ppt menunjukkan bahwa, pada 15 menit pertama pergerakan kembali aktif lagi. Namun pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut menurun (lambat) dan sering kali berada di permukaan untuk menghirup langsung oksigen dari udara. Perubahan warna kulit pada Ikan Badut (Amphiprion clarckii) ini tidak terlihat sama sekali, warna kulit ikan ini masi sama pada menit 15 pertama yaitu gelap (sedikit memudar). Pada 15 menit ke tiga ikan tersebut masih bergerak dengan lambat dan mengeluarkan banyak feses serta warna kulit yang memudar. Hal ini disebabkan karena pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan kemudian ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat mulutnya. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan Cl-, serta air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang ikan akan mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar.
Ø  Air Laut (20 ppt)
            Berdasarkan hasil pengamatan pada media dengan salinitas 20 ppt dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit pertama ikan Badut (Amphiprion clarckii), mengalami pergerakan yang menurun drastis, dimana pergerakannya tidak aktif lagi, mengeluarkan banyak feses, lendir dan sering berada dipermukaan. Sedangkan pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut mulai aktif kembali dan berenang di atas permukaan. Pada 15 menit ketiga pergerakan ikan tersebut masi berjalan dengan normal dan sama sekali tidak terjadi perubahan tingkah laku pada ikan tersebut. Hal ini disebabkan karena ikan tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atau dapat berosmoregulasi dengan baik yang dimana telah diketahui bahwa osmoregulasi bagi ikan merupakan  pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal (Homeostatis).
Ø  Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan media dengan salinitas 30 ppt dapat diperoleh bahwa, pada waktu 15 menit pertama, ikan badut (Amphiprion clarckii) terlihat bergerak lambat, warna sudah mulai memudar dan naik naik turun dari permukaan ke dasar air, hal diakibatkan karena ikan tersebut mulai mengadaptasikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut masih lambat dan naik turun dari dasar ke permukaan atau sebaliknya dan warna masih tetap memudar. Sedangkan pada 15 menit ketiga ikan lebih dominan berada di permukaan dengan warna yang masih memudar (gelap) dan pergerakan yang masih lambat pula. Hal ini disebabkan karena telah kita ketahui bahwa ikan badut hidup pada perairan laut yang bersimbiosis dengan anemon sehingga ikan tersebut dapat melakukan proses osmoregulasi dengan baik dimana osmoregulasi merupakan proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
3.    Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Hasil yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada Ikan Molly Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
No.
Salinitas
Waktu
Tingkah laku
1.
0 ppt
Air tawar
15 menit pertama
Berenang di dasar, pergerakannya lambat
15 menit kedua
Pergerakannya kurang aktif
15 menit ketiga
Sesekali diam dan berenang di dasar
2.
10 ppt
Air payau
15 menit pertama
Pergerakan aktif ,bergerak di permukaan
15 Menit kedua
Pergerakan lebih aktif dan normal
15 menit ketiga
Pergerakan  normal dan tidak terjadi perubahan pada tingkah lakunya
3.
20 ppt
Air laut
15 menit pertama
15 menit kedua
Kurang bergerak, tidak ada lendir
Pergerakan kurang aktif dipermukaan, lendir sedikit
15 menit ketiga
Pergerakan lambat, terdapat dipermukaan dan ada lendir
4.
30 ppt
Air laut
15 menit pertama
Kurang bergerak, berlendir sedikit.
15 menit kedua
Pergerakan kurang aktif di permukaan, lendir cukup banyak, operculum lambat.
15 menit ketiga
Pergerakan sangat kurang aktif dipermukaan air dan hanya sesekali ke kolom air, lendir cukup banyak dan operculum sangat lambat.

3.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ø  Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh bahwa  dengan salinitas 0 ppt pada 15 menit pertama, ikan nila (Oreochromis niloticus) berenang di dasar dengan pergerakan yang sangat lambat. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut masih kurang aktif atau dengan kata lain pergerakan masih lambat. Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan tersebut sesekali diam dan sesekali berenang di dasa air. Hal ini menunjukkan bahwa ikan nila mempu bertahan hidup pada salinitas 0 ppt. Habitat atau tempat tinggal ikan nila ada di danau, sungai, maupun kolam, sampai di rawa (payau), ikan ini termasuk ikan yang mudah beradaptasi terhadap perubahan air, ia dapat hidup di air tawar maupun di air payau.

Ø  Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan salinitas 10 ppt pada 15 menit pertama,ikan nila (Oreochromis niloticus) terlihat bergerak dengan aktif pada permukaan. Namun pada 15 menit kedua aktivitas ikan tersebut meningkat, dimana pergerakannya lebih aktif dan normal dan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan masih aktif dan normal. Hal ini menunjukkan bahwa organisme ini masih bisa dapat bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt, sehingga ikan air payau bila memasuki daerah estuaria yang memiliki kadar garam sama dengan plasma darah ikan, maka semua organ-organ akan menurun aktifitasnya sehingga ikan ini mampu beradaptasi pada salinitas ini.
Ø  Air Laut (20 ppt)
            Berdasarkan hasil pengamatan pada media yang ketiga dengan salinitas 20 ppt dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan mulai kurang dan sering berada pada di dasar dan sedikit mengeluakan lendir. Pada 15 menit kedua tidak terjadi perubahan, pergerakan ikan masi sama pada 15 menit pertama. Sedangkan pada 15 menit ketiga  masih bergerak lambat, namun sering berada di permukaan dan mengeluarkan banyak lendir. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (2004) yang mengatakan bahwa ikan air payau mampu beradaptasi di lingkungan air laut dengan cara menghemat air dan membuang garam.
Ø  Air laut (30 ppt)
            Berdasarkan hasil pengamatan pada media dengan salinitas 35 ppt dapat diperoleh bahwa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada 15 menit pertama mengalami pergerakan yang lambat karena masih mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya dan ikan ini juga mengeluarkan lendir yang sedikit. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan kurang aktif dipermukaan dan operculumnya  juga bergerak dengan lambat dan mengeluarkan lendir yang cukup banyak dari menit sebelumnya. Pergerakan ikan pada 15 menit terakhir masih kurang aktif di permukaan air, hanya sesekali di dasar air.



                                                KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

            Dari hasil percobaan Osmoregulasi maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Ikan air tawar tidak mampu bertahan hidup pada salinitas 25 ppt, karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dan Ikan air payau dapat bertahan hidup pada salinitas 0, 15 dan 25 ppt. Hal tersebut disebabkan karena ikan air payau mampu melakukan adaptasi dengan baik. Serta Ikan air laut tidak mampu hidup pada air tawar karena perbedaan tekanan yang mengakibatkan ikan tersebut tidak mampu beradaptasi.

Saran
Aboratorium
Laboratorium sebaiknya memberikan fasilitas bagi praktikan bukan hanya peralatan semata melainkan hingga bahan atau objek percobaan.
Asisten
1)  Kak Takwier
       Kakak sebaiknya lebih banyak menjelaskan dan memberikan arahan pada saat pratikum.
2)  Kak Zulfiana
            Sebaiknya kakak lebih jelas menerangkan kesalahan dalam penyusunan
     laporan.



DAFTAR PUSTAKA
Arfianto,Panji.2011. Osmoregulasi ikan. http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id. (Diakses pada hari Sabtu pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Fujaya ,Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta; jakarta.
Arfianto,Panji.2011.Osmoregulasi ikan. http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id. (Diakses pada hari Sabtu pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Wahyuningtyas, Nia. 2012.http://youll-knowit.blogspot.com/2012/03/sistem-osmoregulasi-ikan-air-tawar-dan.html. (Diakses pada hari Sabtu pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Gusri. 2012.http://gusri.heck.in/osmoregulasi.xhtml. (Diakses pada hari Sabtu pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Komentarnya ya... Biar aku bisa memperbaaiki apa yang kurang dan salah.
Mohon bantuannya ^_^

My Blog List

Statistik Uchiha Arjhi'e