LAPORAN PRAKTIKUM Acc+
FISIOLOGI BIOTA AIR
OSMOREGULASI
OLEH
NAMA : AHMAD SUKARJI
STAMBUK : L221 11 262
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : MUHAMMAD TAKWIER M, S.Pi
ZULFIANA
LABORATORIUM
FISIOLOGI BIOTA AIR
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang.
Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan
penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu
pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri.
Karenanya ilmu perikanan harus dikaji dan dikembangkan terutama oleh dosen dan
mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan teknologi
perikanan ( Fujaya, 2004).
Fisiologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,
mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh
proses kehidupan. Fisiologi ikan mencakup penginderaan, komunikasi antara sel/organ, osmoregulasi peredaran darah, pernafasan, pencernaan, pertumbuhan dan reproduksi ( Fujaya, 2004).
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan
tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat
(perairan). Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang
dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui
membran semi permeabel (proses osmosis) (Wahyuningtyas, 2012).
Ikan hidup pada
kondisi dimana lingkungannya memiliki tekanan osmotik yang berbeda dengan
tekanan osmotik cairan tubuhnya oleh karena itu dalam upaya menyesuaikan diri
dengan lingkungannya diperlukan suatu pengaturan keseimbangan air dan garam
dalam jaringan tubuhnya agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat
berlangsung dengan normal. Pengaturan tekanan cairan osmotik pada tubuh
ikan ini disebut osmoregulasi. Penyesuaian ikan terhadap pengaruh
lingkungan itu merupakan suatu homeostasis, dalam hal ini ikan akan
mempertahankan keadaan yang stabil melalui suatu proses aktif melawan perubahan
yang dimaksud. Homeostasis merupakan kecenderungan organisme hidup untuk
mengontrol dan mengatur fluktuasi lingkungan internalnya (Arfianto,2011).
Osmolaritas media
merupakan penentu tingkat kerja osmotik yang dialami oleh ikan. Osmolaritas
media makin besar dengan peningkatan salinitas, hal tersebut disebabkan
peningkatan konsentrasi ion-ion terlarut. Sifat osmotik dari media bergantung
pada seluruh ion yang terlarut di dalam media tersebut. Dengan semakin
besarnya jumlah ion terlarut di dalam media. tingkat kepekaan osmolaritas larutan
akan semakin tinggi pula. Sehingga akan menyebabkan makin bertambah besarnya
tekanan osmotik media. Demikian pula halnya dengan osmolaritas hemolimfe
(cairan tubuh) yang meningkat secara linier dengan peningkatan salinitas media.
Organisme akuatik euryhaline yang memiliki kemampuan untuk menjaga lingkungan
internalnya dengan cara mengatur osmolaritas (kandungan garam dan air) pada
cairan internalnya. Dengan demikian ikan nila akan bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungannya apabila berada pada media bersalinitas rendah dan hipoosmotik
pada media bersalinitas tinggi (Arfianto,2011).
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikun
Osmorigulasi ini adalah untuk mengetahui tingkah laku dari
beberapa jenis ikan jika dimasukkan kedalam lingkungan yang berbeda (air asin, payau
dan tawar). Mengetahui proses fisiologi pada organisme dengan habitat atau salinitas
yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum osmoregulasi adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh salinitas terhadap proses osmoregulasi pada ikan. Mahasiswa harus mengetahui
cara pengelolaan kualitas
air (Tawar, Asin
dan Payau) pada media pemeliharaan dan mengetahui
tingkah laku ikan melalui osmoregulasi dan perbedaan tekanan osmose antara
cairan tubuh dengan lingkungannya.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum anastesi
dan pembedahan ikan dilaksanakan pada hari Jum’at, 09 Maret 2013, Pukul
10:00–12:00 WITA, yang bertempat di Laboratorium FisiologiBiota Air, Jurusan Perikanan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum anestesi
dan pembedahan dapat disajikan dalam tabel 1 dan 2.
Tabel
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum beserta fungsinya:
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Toples 12
|
Untuk tempat uji ikan
|
2.
|
Baskom
|
Untuk tempat wadah atau penyimpan air asin dan tawar
|
3.
|
Tabung pengukur
|
Untuk mengukur banyak air di gunakan
|
4.
|
Alat pengukur salinitas
|
Untuk mengukur setiap salinitas air tawar, payau dan laut
|
5.
|
Gelas
|
Untuk mengambil air dalam bak kemudian di masukan kedalam
tabung pengukur
|
6.
|
Stopwatch
|
Untuk menghitung waktu
|
Table.2. Bahan yang digunakan pada praktikum serta
fungsinya
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
|||||
1.
|
Ikan Nila, Mas Koki dan Giru 12
Ekor
|
Sampel atau Hewan uji
|
|||||
2.
|
Air Tawar
|
Untuk ikan Mas Koki ( Carassius auratus )
|
|||||
3.
|
Air Asin
|
Untuk ikan Badut/Giru (Amphiprio nocellaris )
|
|||||
4.
|
Air Payau
|
Untuk ikan Nila (Oreochromis niloticus )
|
|||||
5.
|
Kertas label
|
Untuk memberi nama pada
ikan
|
|||||
6.
|
Tissue 1000 set
|
Untuk membersihkan lendir pada ikan
|
|||||
Prosedur Kerja
Air Tawar (0 ppt)
Pertama-tama menyediakan 3 toples kaca dan memberikan
label pada toples tersebut (0 ppt), kemuduan memasukkan air tawar ke dalam
toples sebanyak 2000 ml/toples dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Setalah
itu, pada masing-masing ketiga toples tersebut, masukkan ikan secara bersamaan,
lalu amati dan catat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15
menit.
Air Payau (10 ppt)
Pertama-tama menyiapkan 3 buah toples kaca, lalu beri
label (10 ppt). untuk membuat air payau dengan salinitas 10 ppt, digunakan
rumus pengenceran M1 .V1
= M2 . V2 dengan mencampurkan air laut
dan air tawar . Setelah itu, masukkan air payau ke dalam toples. Pada
masing-masing toples secara bersamaan masukkan ikan tersebut. Amati dan catat
tingkah laku ikan selama 45 meni dengan interval 15 menit.
Air Laut (20 ppt)
Pertama-tama menyiapkan 3 buah toples dan memberikan
label pada toples tersebut (20 ppt). Setelah itu, mencampurakan air laut dan
air tawar dengan menggunakan rumus pengenceran M1 .V1 = M2 . V2. Selanjutnya, memasukkan air payau ke dalam
toples yang telah diberi label dengan menggunakan gelas ukur 500 ml. Pada
masing-masing ketiga toples tersebut masukkan ikan secara bersamaan sambil
menyalakan. Catat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15 menit.
Air Laut (30 ppt)
Pertama-tama menyediakan 3 buah toples yang telah diberi
label (35 ppt). setelah itu, memasukkan
air laut ke dalam toples sebanyak 2000 ml dengan menggunakan gelas ukur 500 ml/toples, kemudian masukkan ikan secara
bersamaan pada masing-masing ketiga toles tersebut. Terakhir, mengamati dan
mencatat tingkah laku ikan selama 45 menit dengan interval 15 menit.
Analisis data
Anilisis data yang digunakan dalam pembuatan air payau pada
pratikum ini dapat menggunkan rumus pengenceran sebagai berikut:
M1 .V1 = M2
. V2
|
Keterangan :
M1
= konsentrasi
cairan awal
M2
= konsentrasi
cairan setelah pengenceran.
V1
= Volume air
( awal )
V2
= Volume air
setelah pengenceran.
Lampiran
Untuk
10 ppt
Dik :
V1 = 2000 ml
M1 = 30 ppt
M2 =
10 ppt
Dit :
V2
= ......?
Peny :
M1 .V1 = M2 . V2
35. 2000 = 10 . V2
70000
= 10 . V2
V2 =
70000/10
V2 = 7000 ml
Untuk Air Tawar = V2 - V1
= 7000 - 2000
= 5000 ml
Untuk
20 ppt
Dik :
V1 = 2000 ml
M1 = 30 ppt
M2 =
20 ppt
Dit :
V2
= ......?
Peny :
M1 .V1 = M2 . V2
35. 2000 = 20 . V2
70000
= 20 . V2
V2 =
70000/20
V2 = 3500 ml
Untuk Air Tawar = V2 - V1
= 3500 - 2000
= 500 ml
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan dari pratikum Osmoregulasi
dapat dilihat pada tabel 3, 4 dan 5.
1. Ikan Mas Koki (Carrasius
auratus)
Berdasarkan
hasil pengamatan dari pratikum Osmoregulasi pada ikan mas koki dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada ikanMas Koki (Carrasius auratus)
No
|
Salinitas
|
Waktu
|
Tingkah laku
|
1.
|
0 ppt
Air tawar
|
15 menit
pertama
|
Pergerakannya
normal
Pergerakannya lincah
|
15 menit
kedua
|
Pergerakannya normal
Bukan mulut mengatup-ngatup
Sering kali naik ke permukaan
|
||
15 menit
ketiga
|
Bergerak normal
|
||
2.
|
10 ppt
Air payau
|
15 menit pertama
|
Pergerakannya sedikit lebih cepat
|
15 Menit
kedua
|
Pergerakannya mulai aktif dan lebih
dominan dipermukaan
Mengeluarkan feses
|
||
15 menit
ketiga
|
Pergerakannya sudah lambat dan
berlendir
|
||
3.
|
20 ppt
Air payau
|
15 menit
pertama
|
Agresif, pembukaan mulut besar dan
mengeluarkan feses.
|
15 menit
kedua
|
Pergerakan ikan lambat, operculum lambat, mengeluarkan
feses dan lendir.
|
||
15 menit
ketiga
|
Pergerakan ikan lambat sekali, operculum sangat lambat,
mengeluarkan feses dan lendir banyak, serta stress dan akhirnya mati
|
||
4.
|
30 ppt
Air laut
|
15 menit pertama
|
Ikan bergerak lambat, dan stress kebutuhan oksigen tinggi, mengeluarkan feses ada.
1 ikan yang mati dan 2 ikan yang stress
|
15 menit kedua
|
Pergerakan ikan lambat, operculum lambat, mengeluarkan
feses dan lendir cukup banyak.
Semua ikan sudah mati dan mengapung
|
||
15 menit ketiga
|
Semua ikan sudah mati
|
1.1 Ikan Mas Koki (Carrasis auratus)
Ø Air
Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan Osmoregulasi dengan sampel ikan
mas yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15
menit pertama pergerakan ikan dalam keadaan normal dan sesekali ikan tersebut
bergerak dengan lincah. Pada 15 menit kedua ikan mas koki masih bergerak dengan
normal, bukaan mulutnya mengatu-ngatup dan sering kali naik ke permukaan untuk
mencari oksigen dari udara. Sedangakan pada 15 menit ketiga, pergerakan ikan
masih dalam keadaan normal dan sama sekali tidak menunjukkan penurunan
aktivitas. Hal ini menandakan bahwa proses osmoregulasi pada ikan tersebut
berjalan normal. proses pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis
berjalan normal.
Osmoconformer
adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara keseimbangan antara cairan
tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Kebanyakan invertebrata laut adalah
osmoconformer, dimana cairan tubuh mereka isotonik dari keadaan lingkungannya.
Meskipun konsentrasi relatif dari garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah
dibandingkan air laut, dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion
internal (Gusri, 2012).
Ø Air
Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertamaIkan
Mas Koki (Carrasius auratus) yang
dimasukkan ke dalam media dengan salinitas 10 ppt pada awalnya pergerakannya
lebih cepat, hal ini diakibatkan karena ikan tersebut mulai menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungannya. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut
mulai aktif dan lebih dominan berada pada permukaan, hal terjadi karena ikan
mulai membutuhkan lebih banyak lagi oksigen, sehingga ikan tersebut lebih
dominan di permukaan untuk mengambil oksigen secara langsung dari udara.
Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan mulai menurun dan sedikit
mengeluarkan lendir, karena aktivitas penyesuaian diri yang meningkat sehingga
ikan tersebut mengeluarkan lendirnya. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya
ikan dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka,
berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar
masuknya air melalui kulit.
Ø Air
Laut (20 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan media dengan salinitas 20 ppt, ikan Mas Koki (Carrasius
auratus) pada 15 menit pertama tingkah lakunya terlihat agresif, bukaan
mulut besar. Hal ini disebabkan karena aktivitas adaptasinya yang meningkat
sehingga kebutuhan oksigennya tinggi. Ikan ini juga terlihat mengeluarkan feses
dan lendir. Pergerakan ikan ini terlihat lambat pada 15 menit kedua yang dimana
operculumnya juga bergerak lambat serta masih mengeluarkan sedikit feses dan
lendir. Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan semakin lambat,
operculum juga bergerak dengan lambat, masih mengeluarkan feses dan lendir yang
banyak dan akhirya terlihat stress dan mati. Hal ini disebabkan karena proses
osmoregulasi semakin meningkat, sehingga ikan terlihat mulai kehilangan
keseimbangan dan pada akhirnya mati. Proses osmoregulasi pada organisme
akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda, yaitu usaha untuk menjaga
konsentrasi osmotik cairan di luar sel (ekstraseluler), agar tetap konstan
terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik medium eksternalnya dan
usaha untuk memelihara isoomotik cairan dalm sel (interseluler) terhadap cairan
luar.
Ø Air
Laut (30 ppt)
Berdasarkan
hasil pengamatan pada ikan mas koki (Carrasius auratus) denagan salinitas 35
ppt, pada 15 menit pertama Ikan bergerak lambat, ada yang terlihat mengeluarkan feses dan dan 2
ikan yang stress dalam memenuhi kebutuhan
oksigen yang tinggi dan pada akhirnya ada 1 ikan yang mati akibat dari
kurangnya kemampuan adaptasi dari ikan tersebut .
Pada 15 menit kedua, kedua ikan tersebut mengalami pergerakan lambat disertai
dengan pergerakan operculum yang lambat pula dan lebih banyak mengeluarkan
lendir dan feses dan akhirnya kedua ikan tersebut sudah mati. Sedangkan pada
menit ke 15 terakhir ikan tersebut sudah mati dan terlihat mengapung. Hal ini
disebabkan karena Ikan-ikan potadrom (ikan air tawar) yang
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air
bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara
difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit
air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya
dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin.
2. Ikan Badut (Amphiprion clarkii)
Hasil yang diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan pada percobaan Osmoregulasi dapat dilihat pada tabel
4.
Tabel 4. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada ikan badut (Amphiprion clarkii):
No.
|
Salinitas
|
Waktu
|
Tingkah laku
|
1.
|
0 ppt
Air tawar
|
15 menit
pertama
|
Bergerak aktif dan gesit dengan warna yang cukup cerah dan operculumnya
normal.
|
15 menit
kedua
|
Bergerak
Lambat, warna sudah mulai gelap dan naik turun dari permukaan ke dasar air
secara bergerombol.
|
||
15 menit
ketiga
|
Bergerak
Lambat, warna sudah mulai gelap dan sangat sering naik turun dari permukaan dan mengeluarkan feses.
|
||
2.
|
10 ppt
Air payau
|
15 menit
pertama
|
Bergerak aktif
|
15 Menit
kedua
|
Bergerak
Lambat, warna masih gelap dan banyak berada di permukaan air.
|
||
15 menit
ketiga
|
Masih bergerak lambat, dan banyak mengeluarkan feses dan warna kulit
masih tetap memudar
|
||
3.
|
20 ppt
Air laut
|
15 menit
pertama
|
Tidak bergerak aktif, mengeluarkan lendir, feses dan sering berada di
permukaan
|
15 menit
kedua
|
Aktif bergerak dan berenang di atasPermukaan
|
||
15 menit
ketiga
|
Masih bergerak aktif dan gesit dengan warna yang cukup cerah dan besifat
soliter
|
||
4.
|
30 ppt
Air laut
|
15 menit pertama
|
Pergerakan
lambat, warna sudah mulai gelap dan naik turun dari permukaan ke dasar air.
|
15 menit kedua
|
Pergerakan
lambat, warna sudah mulai gelap dan masih naik turun dari permukaan ke dasar air
|
||
15 menit ketiga
|
Bergerak
Lambat, warna sudah mulai gelap dan banyak berada di permukaan air.
|
2.1 Ikan Badut (Amphiproin
clarkii)
Ø Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada 15 menit pertama, ikan
badut (Amphiprion clarckii) yang dimasukkan pada salinitas 0 ppt
mengalami pergerakan yang cukup aktif dan gesit dengan warna yang masih cukup
cerah dan operculum yang aktif. Namun pergerakan ikan semakin lambat pada 15
menit kedua, dan mengalami berubahan warna kulit yang mulai gelap. Ikan ini
juga terlihat bergerak naik turun dari permukaan ke dasar air secara
bergerombol yang dimana telah diketahui bahwa ikan badut hidup secara
bergerombol yang bersimbiosis dengan anemon. Pada 15 menit ketiga tidak terjadi
perubahan sama sekali pada ikan tersebut, dimana ikan tersebut masih bergerak
lambat dan sering bergerak naik turun dari permukaan ke dasar air serta warna
yang masih gelap namun mengeluarkan spesies yang banyak. Hal ini disebabkan
karena untuk
mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dapat dilakukan dengan
cara mengeksresikan zat buangan. Zat buangan merupakan racun yang dapat
mengganggu kerja enzim yang sangat penting dalam reaksi metabolik.
Ø Air Payau (10 ppt)
Ikan Badut (Amphiprion clarckii) yang dimasukkan ke dalam media dengan salinitas 10 ppt menunjukkan bahwa, pada 15 menit pertama pergerakan
kembali aktif lagi. Namun pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut menurun
(lambat) dan sering kali berada di permukaan untuk menghirup langsung oksigen
dari udara. Perubahan warna kulit pada Ikan
Badut (Amphiprion clarckii) ini tidak terlihat sama sekali, warna kulit
ikan ini masi sama pada menit 15 pertama yaitu gelap (sedikit memudar). Pada 15
menit ke tiga ikan tersebut masih bergerak dengan lambat dan mengeluarkan
banyak feses serta warna kulit yang memudar. Hal ini disebabkan karena pada ikan air laut terjadi
kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan kemudian ikan akan
mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat mulutnya. Organ dalam
tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan Cl-, serta air masuk ke
dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang ikan akan mengeluarkan
kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar.
Ø Air Laut (20 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada media dengan salinitas 20 ppt dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit pertama
ikan Badut (Amphiprion clarckii), mengalami pergerakan yang menurun drastis, dimana
pergerakannya tidak aktif lagi, mengeluarkan banyak feses, lendir dan sering
berada dipermukaan. Sedangkan pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut
mulai aktif kembali dan berenang di atas permukaan. Pada 15 menit ketiga
pergerakan ikan tersebut masi berjalan dengan normal dan sama sekali tidak terjadi
perubahan tingkah laku pada ikan tersebut. Hal ini disebabkan karena ikan
tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atau dapat berosmoregulasi
dengan baik yang dimana telah diketahui bahwa osmoregulasi bagi ikan merupakan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang
layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berfungsi
normal (Homeostatis).
Ø Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan media dengan salinitas 30 ppt
dapat diperoleh bahwa, pada waktu 15 menit pertama, ikan
badut (Amphiprion clarckii) terlihat
bergerak lambat, warna sudah mulai memudar dan naik naik turun dari permukaan
ke dasar air, hal diakibatkan karena ikan tersebut mulai mengadaptasikan diri
terhadap perubahan lingkungannya. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan tersebut
masih lambat dan naik turun dari dasar ke permukaan atau sebaliknya dan warna
masih tetap memudar. Sedangkan pada 15 menit ketiga ikan lebih dominan berada
di permukaan dengan warna yang masih memudar (gelap) dan pergerakan yang masih
lambat pula. Hal ini disebabkan karena telah kita
ketahui bahwa ikan badut hidup pada perairan laut yang bersimbiosis dengan
anemon sehingga ikan tersebut dapat melakukan proses osmoregulasi dengan baik
dimana osmoregulasi merupakan proses mengatur konsentrasi cairan dan
menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme
hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit
air, maka sel akan mengerut dan mati.
3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Hasil yang diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Hasil pengamatan dari osmoregulasi pada Ikan Molly Ikan
Nila (Oreochromis niloticus).
No.
|
Salinitas
|
Waktu
|
Tingkah laku
|
1.
|
0 ppt
Air tawar
|
15 menit
pertama
|
Berenang di dasar, pergerakannya
lambat
|
15 menit
kedua
|
Pergerakannya kurang aktif
|
||
15 menit
ketiga
|
Sesekali diam dan berenang di dasar
|
||
2.
|
10 ppt
Air payau
|
15 menit
pertama
|
Pergerakan aktif ,bergerak di
permukaan
|
15 Menit
kedua
|
Pergerakan lebih aktif dan normal
|
||
15 menit
ketiga
|
Pergerakan normal dan tidak
terjadi perubahan pada tingkah lakunya
|
||
3.
|
20 ppt
Air laut
|
15 menit
pertama
15 menit
kedua
|
Kurang bergerak, tidak ada lendir
Pergerakan kurang aktif dipermukaan,
lendir sedikit
|
15 menit
ketiga
|
Pergerakan lambat, terdapat
dipermukaan dan ada lendir
|
||
4.
|
30 ppt
Air laut
|
15 menit pertama
|
Kurang bergerak, berlendir sedikit.
|
15 menit kedua
|
Pergerakan kurang aktif di permukaan, lendir cukup banyak,
operculum lambat.
|
||
15 menit ketiga
|
Pergerakan sangat kurang aktif dipermukaan air dan hanya sesekali ke kolom air,
lendir cukup banyak dan operculum sangat lambat.
|
3.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ø Air
Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh bahwa dengan salinitas 0
ppt pada 15 menit pertama, ikan nila (Oreochromis
niloticus) berenang di dasar dengan pergerakan yang sangat lambat. Pada 15
menit kedua pergerakan ikan tersebut masih kurang aktif atau dengan kata lain
pergerakan masih lambat. Sedangkan pada 15 menit ketiga pergerakan ikan
tersebut sesekali diam dan sesekali berenang di dasa air. Hal ini menunjukkan
bahwa ikan nila mempu bertahan hidup pada salinitas 0 ppt. Habitat atau tempat tinggal ikan nila
ada di danau, sungai, maupun kolam, sampai di rawa (payau), ikan ini termasuk
ikan yang mudah beradaptasi terhadap perubahan air, ia dapat hidup di air tawar
maupun di air payau.
Ø Air
Payau (10 ppt)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan dengan salinitas 10 ppt pada 15 menit pertama,ikan nila (Oreochromis niloticus) terlihat bergerak
dengan aktif pada permukaan. Namun pada 15 menit kedua aktivitas ikan tersebut
meningkat, dimana pergerakannya lebih aktif dan normal dan pada 15 menit ketiga
pergerakan ikan masih aktif dan normal. Hal ini menunjukkan bahwa organisme ini masih bisa dapat bertahan hidup
pada air dengan salinitas 10 ppt, sehingga ikan air payau bila memasuki daerah estuaria yang memiliki kadar garam sama
dengan plasma darah ikan, maka semua organ-organ akan menurun aktifitasnya
sehingga ikan ini mampu beradaptasi pada salinitas ini.
Ø Air Laut (20 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada media yang
ketiga dengan salinitas 20 ppt dapat diperoleh bahwa pada
15 menit pertama pergerakan ikan mulai kurang dan sering berada pada di dasar
dan sedikit mengeluakan lendir. Pada 15 menit kedua tidak terjadi perubahan,
pergerakan ikan masi sama pada 15 menit pertama. Sedangkan pada 15 menit ketiga masih bergerak lambat, namun sering berada di
permukaan dan mengeluarkan banyak lendir. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fujaya (2004) yang mengatakan bahwa ikan air payau mampu
beradaptasi di lingkungan air laut dengan cara menghemat air dan membuang
garam.
Ø Air laut (30 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada media
dengan salinitas 35 ppt dapat diperoleh bahwa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada 15 menit
pertama mengalami pergerakan yang lambat karena masih mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya dan ikan ini juga mengeluarkan
lendir yang sedikit. Pada 15 menit kedua pergerakan ikan kurang aktif
dipermukaan dan operculumnya juga
bergerak dengan lambat dan mengeluarkan lendir yang cukup banyak dari menit
sebelumnya. Pergerakan ikan pada 15 menit terakhir masih kurang aktif di permukaan
air, hanya sesekali di dasar air.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan Osmoregulasi maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Ikan air tawar tidak mampu bertahan
hidup pada salinitas 25 ppt, karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Dan Ikan air payau dapat bertahan hidup pada salinitas 0, 15 dan 25
ppt. Hal tersebut disebabkan karena ikan air payau mampu melakukan adaptasi
dengan baik. Serta Ikan air laut tidak mampu hidup pada air tawar karena
perbedaan tekanan yang mengakibatkan ikan tersebut tidak mampu beradaptasi.
Saran
Aboratorium
Laboratorium
sebaiknya memberikan fasilitas bagi praktikan bukan hanya peralatan semata
melainkan hingga bahan atau objek percobaan.
Asisten
1) Kak Takwier
Kakak sebaiknya lebih banyak menjelaskan
dan memberikan arahan pada saat pratikum.
2) Kak Zulfiana
Sebaiknya kakak lebih jelas
menerangkan kesalahan dalam penyusunan
laporan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arfianto,Panji.2011. Osmoregulasi ikan. http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id.
(Diakses pada hari Sabtu pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Fujaya ,Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan.
Penerbit Rineka Cipta; jakarta.
Arfianto,Panji.2011.Osmoregulasi ikan. http://panjiarfianto09.student.ipb.ac.id. (Diakses pada hari Sabtu
pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Wahyuningtyas,
Nia. 2012.http://youll-knowit.blogspot.com/2012/03/sistem-osmoregulasi-ikan-air-tawar-dan.html. (Diakses pada hari Sabtu
pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Gusri. 2012.http://gusri.heck.in/osmoregulasi.xhtml. (Diakses pada hari Sabtu
pukul 02:15 WITA pada tanggal 30 Maret2013. Makassar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong Komentarnya ya... Biar aku bisa memperbaaiki apa yang kurang dan salah.
Mohon bantuannya ^_^